Memang benar kalau sudah sekali ikut kegiatan walking tour pasti jadi ketagihan. Apalagi saat itu saya masih berada di Solo jadi gak mau menyia-nyiakan waktu saat ada kesempatan untuk mengikuti walking tour. Apalagi destinasi yang dituju adalah salah satu destinasi incaran. Setelah perdana minggu sebelumnya saya mengikuti Soerakarta walking tour edisi Sangkrah, maka di minggu selanjutnya dibuka slot untuk Soerakarta Walking Tour area Laweyan.
Pendaftaran dibuka hari rabu malam, dan baru beberapa menit setelah dibuka ternyata pendaftaran sudah closed. Padahal Laweyan adalah salah satu destinasi yang jadi incaran saya. Kenapa saya tertarik dengan Laweyan? Karena Laweyan dikenal sebagai salah satu Kampung Batik di Solo yang masih banyak berdiri bangunan khas tempo dulu dan gang-gang kecil yang unik. Karena hal itulah saya sangat ingin mengetahui sejarah kampung Laweyan lebih lanjut.
Sekedar informasi, di Solo terdapat dua kampung batik yaitu Kampung Batik Kauman yang berlokasi di dekat Masjid Agung Solo dan Kampung Batik Laweyan. Perbedaan antara kedua kampung batik tersebut adalah di corak atau motif batiknya. Kampung Batik Kauman mempunyai pakem batik sogan yang banyak digunakan oleh pihak Keraton Kasunanan, Sedangkan Batik Laweyan mempunyai warna dan corak beragam yang tidak tergantung pada pakem tertentu sehingga lebih variatif.
Lanjut lagi cerita pendaftaran walking tour. Beberapa hari setelah slot pendaftaran di tutup, secara tak diduga admin Soerakarta Walking Tour menawarkan slot peserta tambahan untuk 5 orang. Tidak ingin menundanya saya langsung mendaftar. Dan mungkin memang jodoh, akhirnya saya mendapatkan slot untuk kegiatan walking tour Laweyan. Sehingga untuk acara walking tour ini adalah 40 orang, dua kali lipat dari walking tour pertama yang saya ikuti.
Kegiatan Walking Tour Laweyan diadakan hari Sabtu 6 Juli 2024 pukul 08.00 WIB dengan titik kumpul di Masjid Laweyan. Setelah sebelumnya saya mengikuti acara walking tour sendiri, akhirnya teman saya yaitu mba Citra tertarik untuk ikut serta. Pukul 8 kurang saya berangkat dari rumah, meluncur menuju Masjid Laweyan. Setibanya di sana terlihat beberapa peserta yang sudah datang. Berikut saya rangkum beberapa spot bersejarah yang kami singgahi dalam kegiatan walking tour kali ini :
1. Masjid Laweyan
Masjid Laweyan adalah salah satu masjid tertua di Solo karena dibangun pada masa Kerajaan Pajang yaitu sebelum munculnya Kerajaan Mataram Islam. Masjid Laweyan dibangun oleh Ki Ageng Laweyan / Ki Ageng Henis.
Dulu sebelum menjadi sebuah masjid, lokasi tersebut adalah sebuah Pura untuk umat beragama Hindu yang dipimpin oleh Ki Ageng Beluk. Yang kemudian singkat cerita, Ki Ageng Beluk memeluk agama Islam setelah berdiskusi panjang dengan Ki Ageng Henis. Sehingga lokasi yang sebelumnya merupakan sebuah pura kemudian diubah menjadi sebuah masjid.
Ki Ageng Henis adalah guru/penasehat keagamaan di Kerajaan Pajang. Dan oleh Sultan Hadiwijaya/ Joko Tingkir (Raja Pajang) maka Ki Ageng Henis diberikan wilayah sekitar masjid yang diberi nama Laweyan. Ki Ageng Henis kemudian lebih dikenal dengan nama Ki Ageng Laweyan. Dan raja-raja Mataram Islam nantinya juga diturunkan dari trah Ki Ageng Laweyan. Makam Ki Ageng Laweyan sendiri berlokasi di sebelah barat Masjid Laweyan.
2. Kampung Laweyan
Kampung Laweyan terkenal dengan rumah-rumah yang tinggi dan gang-gang yang kecil. Rumah-rumah yang tinggi itu dulu dimaksudkan untuk melindungi corak/motif batik yang dimiliki tiap rumah usaha tersebut agar tidak ditiru pihak lain.
Terdapat tiga versi asal mula nama Laweyan, yaitu :
- Laweyan yang berarti "kaluwihan"/kelebihan. Hal tersebut berasal dari beberapa kelebihan yang dimiliki oleh Ki Ageng Henis. Beberapa kelebihan tersebut diantaranya selain terkenal sebagai ulama, Ki Ageng Henis juga mampu membuka sebuah wilayah baru sehingga menjadi sentra industri batik yang maju.
- Laweyan dari kata "lawe" yang berarti benang/kain yang dipintal. Karena di daerah tersebut sejak dulu kala sudah ada industri benang.
- Laweyan dari kata "lawe" yang berarti hukum gantung. Karena daerah ini pada masa Mataram Islam sering digunakan sebagai tempat dilakukannya hukuman gantung yang dilakukan setiap tanggal 25 (jawa : selawe)
Dahulu, kampung Laweyan juga sempat di blokir oleh pihak keraton Kasunanan. Hal tersebut terjadi karena saat Paku Buwono II melintasi Laweyan dan meminta pinjaman kuda, namun ternyata tidak dihiraukan oleh warga Laweyan. Hal tersebut terjadi karena kuda-kuda digunakan untuk mengangkut berbagai barang dagangan batik.
Karena kesal, kemudian oleh PB II menyumpahi bahwa orang-orang Laweyan (wanita) jika menikahi orang di luar Laweyan maka akan terjadi sebuah malapetaka. Hal tersebut membuat orang-orang Solo merasa tabu jika menikahi orang Laweyan pada saat itu. Keraton Kasunanan juga tidak menganggap kampung Laweyan sebagai salah satu wilayah Solo.
Efek pemblokiran kampung Laweyan oleh pihak keraton, memunculkan kreatifitas rakyat di Laweyan dalam mengembangkan usaha batiknya sehingga terkenal sampai mancanegara. Industri batik Laweyan pada saat itu dipimpin oleh kaum wanita atau dikenal dengan julukan Mbok Masih.
3. Ndalem Jimatan
Jimatan adalah gelar bagi pengurus/juru kunci makam Ki Ageng Henis. Julukan Kyai Jimat diberikan secara turun-temurun yang juga merupakan keturunan Ki Ageng Henis. Ndalem Jimatan adalah salah satu ndalem/rumah terluas di wilayah Laweyan.
Hingga saat ini Ndalem Jimatan masih dihuni oleh keturunan Kyai Jimat namun sudah tidak lagi menjadi juru kunci makam Ki Ageng Henis. Ndalem tersebut digunakan sebagai tempat tinggal pribadi sehingga kami tidak bisa masuk kedalamnya, hanya melihat dari sisi luarnya saja.
4. Ciri khas pintu rumah Laweyan
Salah satu ciri khas pintu rumah Laweyan jaman dulu adalah di setiap pintu besar terdapat pintu kecil di bawahnya. Pintu tersebut menjadi akses masuknya abdi dalem/pegawai menuju rumah utama. Sehingga para abdi dalem akan berjalan dengan cara jongkok menuju ke dalam rumah.
5. Bunker Setono
Setiap rumah di Laweyan pada jaman dulu mempunyai sebuah bunker di bawah tanah yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan. Bunker tersebut ada yang terkoneksi dengan bunker rumah lain yang masih ada hubungan kekerabatan. Hingga saat ini masih terdapat beberapa rumah yang memiliki bunker namun sudah tidak difungsikan kembali/ditutup.
Bunker Setono dibangun oleh Bei Ketayuda, seorang punggawa Keraton Pajang pada tahun 1537. Bunker ini berfungi sebagai tempat menyimpan harta kekayaan, mengingat kondisi keamanan jaman dahulu yang tidak begitu baik. Bunker Setono Laweyan menjadi saksi bisu harta apa saja yang pernah disimpan disana dan semua harta tersebut kini tidak diketahui lagi keberadaannya.
6. Sungai Laweyan
Rumah Laweyan kuno selalu menghadap ke sungai, karena sungai pada saat itu menjadi transportasi utama. Sungai Laweyan ini menjadi salah satu bandar/pelabuhan, tempat bongkar muat barang, yang dikenal dengan nama Bandar Kabanaran.
Sungai Laweyan juga menjadi salah satu saksi tempat pembuangan Raden Pabelan. Cerita lengkap tentang pembunuhan Raden Pabelan nya bisa teman-teman baca di asal mula nama Sangkrah.
7. Makam Adipati Jayengrono II
Adipati Jayengrono II adalah adipati Surabaya pada masa Kerajaan Mataram Islam. Adipati Jayengrono II mendapat perintah untuk menghabisi rakyat di Pasuruan saat terjadi pemberontakan Trunojoyo. Namun perintah tersebut tidak dilakukan sepenuhnya oleh Adipati Jayengrono II, karena rakyat Pasuruan adalah rakyatnya sendiri.
Ketika hal pembangkangan itu diketahui oleh pihak keraton maka PB I menghukum Adipati Jayengrono II dengan hukuman mati. Hukuman mati tersebut dilakukan pada tahun 1709 dengan cara ditusuk menggunakan keris. Eksekusi tersebut dilakukan di Kartosuro dan jenazahnya dimakamkan di Laweyan.
8. Ledre Laweyan
Setelah melewati beberapa situs sejarah, kami kemudian diarahkan ke salah satu kuliner khas Laweyan. Kuliner tersebut adalah ledre laweyan. Pada masa Sultan Agung, ledre dianggap sebagai makanan pembuka dan juga untuk menyuguhi para tamu.
Ledre Laweyan ini terbuat dari ketan yang dicampur dengan parutan kelapa kemudian diberi pisang diatasnya. Dalam perkembangannya selain diberi pisang juga ada tambahan lain seperti coklat dan keju. Satu Ledre dijual dengan harga 3.5k - 4.5k tergantung topping yang ditambahkan.
Seingat saya, saya pernah mencoba ledre entah dimana dan terasa kering sehingga saya tidak suka. Namun saat saya mencoba ledre Laweyan ini ternyata rasanya cukup enak. Rasanya yang gurih berpadu menjadi manis saat terkena irisan pisang dan coklat. Apalagi menikmatinya saat masih hangat jadi makin nikmat.
9. Langgar Dhuwur
Langgar dhuwur adalah sebuah langgar/mushola keluarga yang dibangun dilantai dua. Selain digunakan untuk keluarga, langgar ini juga digunakan untuk para pegawai batik. Hal tersebut dimaksudkan agar para pegawai tidak perlu keluar rumah untuk menjalankan ibadah sholat sehingga lebih menghemat waktu.
10. Masjid Al Ma'moer
Masjid Al Ma'moer dibangun oleh salah seorang saudagar dari Pasar Kliwon yang menikahi mbok Masih. Masjid ini dibangun pada tahun 1944 dan selesai pada tahun 1945. Karena pada jaman dulu di Laweyan kaum wanita yang mengatur roda ekonomi, maka kaum pria bisa fokus pada kegiatan lainnya seperti dakwah dan kegiatan politik.
Hingga saat ini masjid di Laweyan tidak mengadakan sholat jumat kecuali di Masjid Laweyan. Hal tersebut untuk menghormati Masjid Laweyan sebagai salah satu masjid tertua.
Itulah beberapa spot bersejarah yang kami kunjungi selama kegiatan Walking Tour Laweyan ini. Sangat menarik karena saya jadi lebih mengetahui sejarah kota Laweyan. Selain itu juga cukup senang karena akhirnya bisa mencicipi ledre Laweyan yang legendaris dan ternyata cukup enak berbeda dengan yang saya bayangkan selama ini.
Semoga lain waktu bisa kembali mengikuti kegiatan walking tour ini. Terima kasih sudah membaca dan sampai bertemu di cerita selanjutnya 💓💓
Nah iya mba, beneran setuju banget sama statmen kalau sudah sekali ikutan walking tour bakalan ketagihan dan pasti kepingin ikutan lagi 🤩
BalasHapusDestinasi walking tour mba kali ini sungguh sangat menarik, membuat jiwa walking ku meronta ingin diajak walking tour area Laweyan.
Jadi makin paham dan kenal bangrt sama setiap titik bersejarahnya. Ku nantikan cerita walking tour berikutnya yah 🤩 Semangat explore.
semoga nanti berkesempatan ke solo mbaa lala...biar bisa ikut walking tour ini :)
Hapussecara dari kampungnya aja masih terkesan tempo dulu pasti banyak menyimpan sejarah didalamnya..
next ya mbaa klo daku mudik lagi moga bisa ikut wt lagi hehe
Aku baru sekali ke Laweyan.
BalasHapusbaremg rombongan blogger acara MPR
Yg sayangnya (seingatku) ngga ada guide
jadi kami sibuk blanja blanji doangggg😴😴😴
hehe klo itu tujuan nya buat wisata belanja mbaa brarti bukan wisata sejarah :)
HapusKalo rumahku di solo sebenernya daerah Kauman. Tp pernah diajak mama jalan lewat lorong2 nya malah tau2 udh di Laweyan kalo ga salah 😅. Cuma jujur ga inget jalannya.
BalasHapusDan aku sukaaa Krn di mana2 ada toko batik ya mba 😄👍. Ini sampe aku bilang ke temen malaysiaku yg kemarin, next dia hrs ke solo sih kalo mau borong batik. Bakal puas dan kalap mungkin saking banyak dan Hrg ga semahal JKT 😄
Baguuuus nih walking tur nya. Aku JD banyak tahu tempat sejarah di sekitar rumah
padahal lumayan jauh lo mbak itu antara kauman sampe laweyan...nemu aja jalannya ya brarti hehe...
Hapusiyaa klo nyari batik harusny ake jogja ato solo sie itu ya yang terkenal murah2 dan macem2 tergantung jenis kainnya juga sie :)
jadi inget masjid zaman dulu, tempat wudhunya mesti ada bak air gitu, jadi kita ambil pake gayung. sekarang jarang nemuin yang kayak gini
BalasHapusaku dulu ke laweyan cuman lewat aja mbak, pengen deh suatu saat waktu explore solo bisa full gitu kelilingnya, tapi kayaknya ga mungkin kalau cutinya cuman bentar
aku malah baru nemuin lo mba yang wudhunya pake bak ini biasanya pake pancuran2 gt aja...brarti nie masjid bener2 masih melestarikan tradisi wudhu dengan bak dan gayung
HapusSayang banget ya kalau ada bangunan bersejarah yang dijadikan tempat tinggal pribadi kayak Ndalem Jimatan. Padahal, kalau misalkan dijadikan kayak museum gitu lebih enak. Jadi, pengunjung bisa eksplore lebih dalam lagi.
BalasHapusiyaaa sie kak sepertinya akan lebih menarik jika dijadikan museum yaa..tp mungkin pihak keluarga juga ada pertimbangan lainnya :)
HapusKampung laweyan ini emang terkenal seru buat dieksplorasi, walking tour adalah salah satu pilihan yang bisa dilakukan untuk mencari dan menggali cerita lebih dalam. Semoga pemerintah daerah terus bisa menjaga objek wisatanya ya
BalasHapusbener banget kak..laweyan bebar2 sebuah wilayah yang masih mempertahankan tradisi dan bangunan tempo dulunya..serasa menyusuri kota lama
HapusBanyak juga pesertanya ya mbak, aku gatau deh kalo diadakan di banjar gini apakah akan ramai peminatnya ya. Kek belum dapat seseorang utk jadi pemandunya deh hehehe
BalasHapusiyaaa nie mba..mungkin krn salah satu lokasi favorit jadi peminatnya jadi 2x lipat dr biasanya..semoga suatu saat di banjar ada yaa kan seru klo bisa mempelajari sejarah secara langsung
HapusJalan jalan ke Solo ngggak lengkap kalau nggak mampir ke Kampung Batik Laweyan ini
BalasHapusSelain untuk melihat sentra pembuatan batik, datang kesini seperti menjelajah masa lalu
Bangunan kunonya candu banget
yuppss bener banget kok..kalo mo cari batik sekaligus wisata tempo dulu bisa banget ke laweyan plus dapat spot cantik buat foto2 nti :)
HapusAku pernah jalan-jalan Laweyan dengan teman blogger tapi tidak sedetail ini dan banyak tempat yang dikunjungi..unik banget ya.. pagarnya tinggi biar ngga dijiplak desain batiknya ya katanya..
BalasHapusiyaaa mbaa bener banget bangunannya sengaja dibikin tinggi untuk menjaga motif batik mereka biar gak ditiru yang lain :)
Hapusseru banget ya walking tour ini
BalasHapusjadi pengen juga ikutan
entahlah di gresik ada apa enggak ya
coba kak cek di IG ato gugel biasanya ada tuh klo kota2 besar :)
HapusAsik sekali nih jalan-jalannya begitu detail dan banyak sekali tempat-tempat menarik yang dikunjungi. kalau nggak ikut walking tour seperti ini mungkin tidak akan bisa mendapatkan pengalaman semenarik ini
BalasHapusbener banget kak bener2 detailed ini pemandunya dan sepertinya juga belum semu adi eksplore karena keterbatsan waktu
Hapusseru banget bisa explore salah satu kampung legendaris. Udah lama pengen banget ikut walking tour kayak gini, kayanya bakalan jadi pengalaman paling seru. Aku salfok sama ledre nih mbak, kalo di jawa barat mirip bandros kali ya, cuma bedanya disini pake tepung beras dan kelapa
BalasHapusseru banget mbaa..klo sekali ikut dijamin nagih sie kalo menurutku hehe
Hapusiyaa mungkin mirip2 mba sama badros sama2 pake irisan kelapa juga ya mba :)
Seru ya ikut walking tour gini, selain tambah teman dan pengalaman jadi semakin kenal dengan budaya bangsa dan tempat bersejarah ya. Dan untungnya ya Kak masih dapat slot sehingga tetap bisa tour Laweyan ya
BalasHapusbener banget ini kak seneng banget tiba2 ada slot tambahan huhuhu akhirnya kesampaian juga wishlist nya :)
HapusWaaaa kak, aku berasa ikutan tour secara langsung nih karena dibahas lengkap banget. Jadi di kampung batik laweyan ini ciri khasnya masih banyak bangunan2 kunonya gitu ya. Tjakep banget ih. Jadi pengen ke sana juga. Apalagi ternyata ada bunker juga
BalasHapushihihi berasa menyusuri laweyan langsung ya kak :)
Hapusiyaa kak disini bangunan2 kuno nya yang mempunyai tembok2 tinggi banyak banget dan sepertiny amasih dilestarikan sampai sekarang
Udah lama banget ga ke solo. Sekarang solo udah makin bagus dan tertata ya. Kalau mau ke Solo dari Jakarta prefer naik apa kak?
BalasHapuskalo aku sie suka naik kereta ya kak..biar sambil menikmati pemandangan selama perjalanan :)
HapusSeru banget ini ikut walking tour ke Kampung Batik Laweyan Solo. Ternyata punya sejarah tersendiri, tapi keren nih usaha batik bisa menembus pasar internasional.
BalasHapusbener banget kak usaha batik di laweyan eksis dari jaman dahulu sampai saat ini dan semakin berkembang
Hapusaku pernah ikutan walking tour beberapa kali dengan rute yang sama, itu aja tetep ada aja yang baru informasinya, memang menyenangkan
BalasHapusiyaaa mbaaa berasa seru gt jalan2 sambil diceritain ya mbaa
Hapusnamanya walking tour. Apakah berarti jalan kaki mengunjungi semua tempat tujuan wisatanya mbak? belum pernah ikutan soalnya. Ledrenya kok kelihatan seperti telur ceplok. Bukannya ledre itu seperti semprong ya hehe
BalasHapusIyaa kaka nanti kita jalan kaki tapi gak jauh kok karena hanya seputaran lokasi tersebut jadi gak perlu khawatir kalo mesti jalan jauh :)
HapusAlhamdulillah rezeki dapat slot tambahan peserta Walking Tour Laweyan ya Kak..Senangnya. Aku bayangin menarik banget ini eksplor Kampung Batik Laweyan dan menambah wawasan tentang sejarahnya. Apalagi nyicip juga ledrenya...wah, mau ikut kalo dekat akutuu
BalasHapusJadi pingin walking tour .semoga ada di berbagai daerah ya
BalasHapusSeru banget cerita perjalanan ke Laweyan nya
BalasHapusSeolah saya juga mengikuti tour nya itu
Terimakasih ya udah banyak ngasih informasi tentang Laweyan. Ditunggu cerita perjalanan lainnya nanti...
Samaaa, aku juga sekali ikutan walking tour kok jadi candu yah hahaa. Tapi pas ke Solo ngga sempet mampir ke Laweyan sih. Ternyata banyak banget yang bisa di explore yah. Baru tahu juga kalo kampung Laweyan sempet diblokir keratin Kasunanan. Hingga kini industry batiknya sampai mancanegara. Banyak sejarah yang ternyata aku juga belum tahu, jadi nambah insight.
BalasHapusWaaaa aku juga sekali pernah ikut walking tour malang sekarang juga nagih hehehe apalagi ke tempat2 yang belum pernah aku datengin, pokoknya gaboleh abseeen. Karena emang banyak info yaa dari tempat2 itu
BalasHapusLaweyan ini salah satu wish list aku kalau punya kesempatan main ke Solo. Tapi pas baca daftar walking tournya rada susah ya. Kuota peserta cepet habis. Hiks. Mungkin kudu sewa private tour gitu kali ya. 2 bulan lalu ke Jogja rencana mau ke Solo juga. Trus keliling kayak gini. Tapi ga jadi kehabisan tiket kereta Jogja ke Solo.
BalasHapusNah iyaa kak kalo memang pas liburan mending ikut yang private aja jadi kita bisa milih mau ke daerah mana dan gak harus cepet2an juga dftrnya bisa disesuaikan dengan agenda kita jadinya ;)
HapusSerunya Mbak, bisa tour di kampung batik laweyan. Kebetulan saya beberapa bulan lalu juga dari Solo dan sempat menginap di daerah Laweyan ini. Menurut cerita orangtua, Laweyan ini terkenal sebagai daerah para saudagar batik semasa beliau kecil. Ternyata memang banyak sekali tempat bersejarah di sana yang bisa dijelajahi ya.
BalasHapusSeru banget mba walking tournya....Ternyata banyak ya destinasi yang bisa didatangi saat kita berkunjung ke Laweyan jadi pengen kesana
BalasHapusSeru nih walking tournya, kalau mau ikut acara seperti itu bagaimana daftarnya? JAdi bisa sekalian atur waktu pas ke Solo. Saya suka wisata sejarah seperti ini
BalasHapusKapan lalu ke LAweyan belum sempat ke kampung batiknya dan belum eksplore Solo
Kalo yang aku ikutin ini walking tournya tiap hari sabtu minggu kak..dan pendaftarannya tiap rabu dan kamis..biasanya langsung di share di IG nya @walkingtoursoerakarta
HapusWih keren ya, jadi pengen ke laweyan deh. Beberapa waktu lalu temanku bikin penelitian tesis di batik laweyan
BalasHapusSeru ya ikutan walking tour gini, jadi dapet banyak cerita menarik dari kisah2 masa lampau. Dulu di Semarang ada nih kayak gini, kayak rute Raja Gula, kisah Pandanaran dsb. Mungkin sekarang masih ada tapi saya kok kurang tau.
BalasHapusDari walking tour, kita jadi tahu banyak tempat bersejarah di wilayah tersebut yaa..
BalasHapusBukan sebuah kebetulan, tapi memang dulu terbangun kehidupan sosial yang begitu akrab dan bangunan-bangunan tersebut menjadi saksi.
Aku jadi kangen kue Ledre.
Belum pernah coba Ledre Laweyan siih.. pasti lebih enaak yaaa.. dari ledre di Bojonegoro.
Ledre laweyan sepertinya berbeda dengan ledre jawa timuran mba..klo ledre jawa timuran kan pisang yang dikeringin itu ya klo gak salah?
HapusArti nama laweyan penuh makna banget ya. Kalau orang dulu memberi nama tuh sarat makna. Kesannya tuh dalam banget. Tadinya kukira sederhana saja ternyata menarik sekali
BalasHapus